Pada tanggal 4 - 6 September 2018, bertempat di Gedung Bhawarasa Trenggalek, Balai Bahasa Jawa Timur bekerja sama dengan Komunitas NGGALEK.CO menyelenggarakan kegiatan dengan tajuk "Pembinaan Komunitas Baca di Trenggalek - Literasi Kritis: Cerdas Bermedia Sosial & Kreatif Dalam Dunia Penulisan". Peserta dari kegiatan ini terdiri dari berbagai lapisan masyarakat umum dengan beragam usia, dimana penulis termasuk sebagai peserta. Ada catatan khusus dalam kepesertaan kegiatan ini, yaitu diprioritaskan kepada penulis blog yang aktif.
Acara ini dibuka langsung oleh Bp. Muhammad Nur Arifin (Wabup. Kabupaten Trenggalek). Sambutan dari Bapak Wabup yang sarat nasehat & harapan besar kepada peserta untuk menciptakan Literasi Kritis Positif dan Beretika, cukup menjadi lecutan motivasi & menggeliatkan semangat baru dalam berliterasi di masyarakat Trenggalek.
Pada hari pertama kegiatan ini (4 September 2018), setelah acara pembukaan, Bp. Mustakim, Ketua Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT), menjadi narasumber sesi 1. Pada sesi ini lebih dijabarkan tentang keberadaan BBJT berikut visi, misi, latar belakang, fungsi dan dukungan BBJT kepada masyarakat literasi di Jawa Timur pada umumnya, serta Kabupaten Trenggalek pada khususnya. Apa yang disampaikan narasumber pada sesi 1 ini cukup membuka & menambah wawasan para peserta tentang Balai Bahasa Jawa Timur.
Kemudian pada sesi 2 diisi oleh narasumber Bp. Nurani Soyomukti, seorang Penulis Buku Kawakan yang juga Putra Daerah Asli kabupaten Trenggalek. Dengan materi "Literasi Kritis: Teori dan Praktek".
Penyampaian materi dari narasumber ini sangat mendapat apresiasi dari peserta, mengingat prestasi dan karya-karya sastra yang sudah banyak diterbitkan. Sungguh sebuah kesempatan emas dapat menimba ilmu langsung daru salah satu penulis hebat Indonesia. Kepiawaian dalam menyampaikan materi membuat waktu yang diberikan terasa kurang, sehingga ada beberapa materi yang harus dipersingkat agar semua materi bisa tersampaikan semuanya.
Sesi tanya jawab pun tidak disia-siakan oleh peserta yang hadir. Mengingat terbatasnya waktu yang tersisa, hanya beberapa peserta saja yang bisa memanfaatkan kesempatan ini. Namun hal ini tidak mengurangi tambahan pelajaran dan wawasan bagi para prserta.
Setelah sesi ke-2 ini, peserta mendapat tugas untuk membuat sebuah opini/essay kritis untuk dibahas keesokan harinya. Disini menjadi sebuah titik yang sedikit harus dicermati oleh penyelenggara acara, karena tugas menulis opini/essay diminta untuk diserahkan dalam bentuk soft copy & hard copy. Kenapa harus lrbih mencermati pada bagian ini...???
Sepintas memang tidak ada yang keliru dan sebuah hal yang umum adanya tugas dalam sebuah pelatihan/workshop/seminar yang lebih dari 1 hari. Ini artinya ada keberlanjutan dari penyelenggaraan sebuah pelatihan.
Sedikit kita kembali kepada prioritas peserta pelatihan ini, yaitu para penulis blog aktif. Kemudian pada sesi ke-1, narasumber sempat menanyakan & memastikan bahwa semua peserta memiliki akun blog. Menurut sudut pandang penulis, alangkah lebih maksimal jika tugas ini diminta untuk ditulis pada blog masing peserta. Selain sebagai pembuktian nyata bahwa semua peserta memang benar-benar memiliki akun blog. Juga sebagai pemantauan keaktifan peserta dalam "menghidupkan" blognya. Selain itu, penyelenggara & narasumber bida memberikan saran dan kritik terhadap masing-masing blog milik peserta. Tentunya ini menjadi nilai plus bagi para peserta, karena selain mendapat ilmu tentang penulisan literasi kritis, juga berkesempatan memperbaiki blognya masing-masing.
Di sisi lain, semua blogger pasti ada yang memasang adsense pada blognya untuk mendapatkan nominal. Salah satu yang menjadi materi penghitung dari adsesnse adalah jumlah viewer, like dan subscribe. Misal peserta pelatihan berjumlah 30 orang peserta, maka masing-masing blog peserta akan mendapatkan minimal 30 viewer, like bahkan subscribe. Tentunya ini bisa menambah rating blog para peserta. Secara tidak langsung pelatihan ini memberi point tambahan bagi para pesertanya. Tidak hanya ilmu & wawasan literasi saja, tetapi minimal sesama peserta bisa saling view, like dan subscribe. Juga pihak penyelenggara & narasumber lebih mengenal & memahami karakter serta gaya penulisan masing-masing pesertanya. Selain itu, 0nyelenggara bisa mendata dan mendokumentasikan nama blog para peserta yang bisa menjadi acuan pembinaan literasi berikutnya.
Hal ini juga yang menjadi alasan, mengapa penulis tidak menyerahkan tugas pelatihan dalam bentuk soft copy maupun hard copy, agar penyelenggara pelatihan bisa mengenal serta mencatat blog penulis dalam database penyelenggara. (T-WooL)
0 Response to "PEMBINAAN KAUM BLOGGER AKTIF TRENGGALEK MENUJU LITERASI KRITIS"
Post a Comment